Novel 3G merupakan mozaik perjalanan hidup enam anak manusia berlatar belakang etnik yang beragam. Ke enam tokoh dalam cerita tersebut adalah Slamet (Trenggalek), Fuad (Surabaya), Poltak (Siantar), Gun Gun (Ciamis), Ria (Padang) dan Benny (Jakarta) yang dipersatukan saat keenamnya masuk pada tahun yang sama untuk menempuh study di perguruan tinggi yang sama, ITB.
Slamet adalah putra Trenggalek pertama yang sanggup menembus ITB. Dia berangkat ke Bandung dengan kereta api klutuk, kereta api kelas paling murah dan itulah kali pertama dia naik kereta api, bercampur dengan para pedagang, buruh, ayam, pindang, dan telor asin. Sesampai di Bandung, saat menuju ke ITB, Slamet tersesat ke sana kemari dan harus tidur di mesjid Salman semalam, menjelang pendaftaran yang harus dia lakukan, karena tidak memiliki seorang saudarapun di Bandung. Slamet yang berasal dari desa mengalami inferior kompleks pada awal-awal perkuliahannya, namun gemblengan di ITB membuat dia kuat dan lulus tercepat dengan Indeks Prestasi terbaik dibandingkan dengan ke lima kawannya. Setelah lulus kuliah, Slamet bekerja di Jakarta, namun tidak bertahan lama karena perang batin terhadap praktik-praktik bisnis kotor, dan akhirnya kembali ke almamaternya menjadi dosen. Slamet yang semula ingin melabuhkan asamaranya pada seorang gadis kaya, karena pertimbangan brain, beauty, body dan materi, akhirnya justru memilih gadis sedesanya yang lebih memberikan ketentraman hati. Slamet melanjutkan kuliah sampai selesai S3 ke Australia, di mana dia sempat beberapa saat berkumpul kembali dengan sahabat-sahabatnya itu di kota Melbourne yang kebetulan berada pada kota yang sama pada periode waktu tertentu untuk masing-masing urusan yang berbeda. Kemiskinan tak menyurutkan langkahnya untuk mencapai level pendidikan tertinggi. Intelektualitas yang dimiliki tak mencabutnya dari akar budaya dan agama yang luhur. Bumi ganesha mendidiknya menjadi orang yang berkarakter.
Fuad asli Surabaya keturunan Arab-Madura, adalah seorang yang sangat percaya diri dan dari sononya memiliki gen keturunan ahli dagang. Sejak hari pertama penerimaan mahasiswa baru, Fuad yakin bahwa di ITB inilah dia mendapatkan muara bagi pengembangan minat politiknya. Fuad yang sangat itungan dan pelit itu kemudian tenggelam dalam eforia politik praktis dan sempat ditangkap dan dipenjara Poltabes, digebuki. Musibah menimpa keluarga Fuad, rumah orang tuanya ludes terbakar, dan tak sanggup membiayai lagi kuliah Fuad. Fuad harus kerja serabutan, dan akhirnya mendapatkan pekerjaan yang cukup mapan saat kuliahnya belum selesai. Bisnis Fuad lancar dan karirnya melaju, namun studynya tak tertolong, Fuad drop out dari ITB. Pasang surut yang dialami membuat hidup Fuad penuh fluktuasi termasuk dalam prinsip-prinsip yang dia pegang. Pada suatu titik akhirnya memberikan kesadaran pada diri Fuad pula, bahwa ada hal lebih besar yang dapat dia kontribusikan. Drop out dari kuliah, rumah orang tuanya yang hangus terbakar, harus berdikari di usia yang begitu muda tak membuatnya terbuang dari kancah persaingan. ITB membekali dirinya dengan daya juang dan daya tahan yang tiada duanya.
Poltak, mahasiswa asal Siantar yang dalam perjalanannya dari daerah asalnya ke Bandung naik bis Lintas Sumatra, berniat akan memperbaiki jalanan yang mirip kubangan kerbau sepanjang Siantar -Merak setelah lulus dari Teknik Sipil ITB. Namun karena dorongan kebutuhan yang mendesak saat kuliah dan justru mendapatkan dunia lain yang lebih menarik baginya, dia justru tidak mengabdikan ilmunya di Teknik Sipil, melainkan menjadi event organizer yang kemudian justru membesarkan namanya pada awal-awal membuka usahanya. Poltak yang pandai bicara itu menjadi pengusaha yang sukses berkat kemampuannya membangun jaringan dan rasa setiakawannya yang begitu kuat, serta emphatynya bagi orang-orang yang kurang beruntung. Poltak menjadi pengusaha sukses yang mau berbagi dan peduli pada nasib rakyat banyak. Kekurangan secara ekonomi tak harus membuatnya kehilangan kreativitas. Kemakmuran yang kemudian dicapai tak harus membuatnya lupa akan asalnya. Cobaan yang dialaminya istrinya yang nyaris dijebloskan penjara di luar negeri disikapi dengan kesabaran. Lingkungan pendidikan di ITB membekalinya untuk selalu bersikap seimbang dan tidak menjadikannya binatang ekonomi.
Benny, seorang anak mami dari Jakarta yang sekolah ke ITB karena dipaksa kedua orang tuanya, bukan karena kemauannya sendiri. Benny adalah potret seorang anak yang sejak kecil diplot dan dijadikan projek bagi kedua orang tuanya. Selesai kuliah yang ditempuhnya dalam waktu maksimal, 7.5 tahun, dia menyerahkan ijazah yang sudah diraihnya kepada kedua orang tuanya, dan menekuni musik yang menjadi hobbynya. Saat kuliah, sikap bossy kedua orang tuanya menurun kepada Benny dalam beberapa hal, misalnya dia akan dengan senang hati mensub-kontrakan tugas-tugas kuliahnya kepada teman-temannya dengan sekedar mentraktir makan, nonton film atau meminjamkan komputernya. Benny yang flamboyan, terbentur kenyataan bahwa Ria yang ditaksirnya ternyata menolaknya dan membuat Benny tidak pernah serius membina hubungan dengan wanita sampai kemudian menyadari bahwa usia telah merenggut masa mudanya. Pergaulannya dengan Slamet, Fuad, Gun Gun dan Poltak dari kelas menengah ke bawah, membuat Benny pada akhirnya berubah menjadi lebih matang, simpati dan memilki karakter. Manusia dapat berubah seiring dengan usia dan dengan siapa dia bergaul dalam waktu yang intens. Lingkungan ITB memberinya kesadaran bahwa masih banyak orang yang kurang beruntung di banding dengan dirinya dan lebih banyak lagi orang yang lebih sukses di banding dirinya. Menjadi orang simpati akan lebih memudahkan segala urusan. Jadi tak ada lagi gunannya bersikap sombong dan bossy.
Gun-gun, mahasiswa dari Ciamis yang sangat stereotype sebagai orang Sunda yang merasa berada di comfort zone tanah kelahirannya, dan tidak berniat ke luar dari Bandung apapun yang terjadi. Walau Galunggung dan Tangkuban Prau meletus beribu kali,Bandung tetaplah tempat berpijaknya. Setelah lulus dan bekerja di BUMN, Gun Gun sempat sekolah S2 ke luar negeri dengan beasiswa dari grantt pemerintah Australia. Di luar negeri, Gun Gun mengalami gegar budaya, dia yang semula relegius kemudian justru tersangkut membina hubungan dengan wanita Thailand. Istrinya yang ditinggalnya di tanah air, karena beasiswanya tak cukup, membuat Gun Gun kesepian dan akhirnya tertambat serta terhempaskan oleh wanita Thailand itu. Kesadarannya timbul saat istri dan putri tunggalnya meninggal dunia terkena wabah demam berdarah saat kuliah S2 Gun Gun belum selesai. Sekembali ke Indonesia, krisis moneter terjadi, perusahaannya bangkrut dan Gun Gun terkena PHK. Berkat bantuan dan jaringan pertemanan yang dibina dengan saling percaya dan saling membantu, Gun Gun tetap kokoh bahkan merintis usahanya sendiri selepas PHK, menjadi manusia yang merdeka. Ditinggal mati keluarga, perusahaan tempat bekerja bangkrut dan dia di-PHK tak membuat Gun Gun nglokro, lemas tak berdaya, tapi justru membuatnya semakin tegar. Alumni ganesha harus kuat dan tak mudah menyerah.
Ria, gadis Padang jelita yang menjadi bunga kampus, rebutan dari hampir semua orang dan empat sekawan kos yang hanya berani berangan-angan itu, seorang tomboy yang ternyata hatinya sangat lembut dan rapuh. Karena begitu cantik, pandai dan serba berkecukupan, malah tak ada seorangpun yang berani mendekatinya, sampai kemudian di usianya yang sudah tidak muda lagi, betul-betul terpanah oleh busur asmara yang dilontarkan seorang cleaning service di tempat kerjanya. Ria yang semula sudah tidak terlalu peduli lagi dengan kehidupan berumah tangga, justru mendapatkan kembali aura semangatnya semasa mahasiswi dulu. Hidup menjadi begitu indah dan bergairah baginya, apalagi saat mendapati bahwa dirinya tak bertepuk sebelah tangan. Namun malang tak dapat ditolak, lelaki yang dicintainya meninggal dunia karena penyakit Lupus sebelum naik ke pelaminan dengannya. Akhirnya kesadaran bahwa lebih bak dicintai dari pada mencintai dan bahwa wanita di usia tak muda lagi lebih mengetengahkan logika dari pada emosi dalam perjodohannya membuat Ria menerima cinta Benny yang setia menunggunya dan memilih tidak menikah jika tidak dengan Ria. Allah tak selalu menguji dengan kekurangan. Manusia biasanya sukses dalam mengadapi ujian akan kegagalan tapi justru gagal jika diuji dengan kesuksesan. Ria yag memiliki segalanya, cantik, pintar, kaya, merupakan sosok langka yang sukses menghadapi ujian jenis yang kedua tersebut. ITB memberikan bekal yang cukup untuk bersikap tabah, sabar, tawadu, dan namun tetap terus gigih berusaha, rasional dan realistis.
Kisah yang dimulai dengan keberangkatan masing-masing tokoh dari daerah asalnya, diikuti dengan berbagai pergulatan hidup dan konflik batin pada diri masing-masing tokoh tersebut, akhirnya diakhiri dengan pertemuan kembali 25 tahun kemudian dengan satu kesadaran yang kembali mereka temukan. Cita-cita yang melambung tinggi serta harapan yang menggunung dari orang tua masing-masing, saudara dan masyarakat sejenak terlupakan karena kesibukan mencari materi dan survive dalam kehidupan penuh konsumersime. Dalam pertemuan kembali setelah terpisah 25 tahun tersebut, mereka menghitung kembali bahwa sudah terlalu banyak nikmat diserap, melewati titik nol atau bahkan minus saat mereka masuk ITB, banyak waktu tersia-siakan oleh kesibukan yang self interest dan ternyata tidak banyak karya nyata dan kontribusi mereka berikan ke masyarakat dan kepada bangsa yang telah mensubsidi sekolah mereka. Timbul kesadaran untuk membangun negeri dengan menjadi pelopor membangun jaringan seluruh alumni dan orang-orang yang sepaham dari berbagai universitas untuk membuat karya nyata, menanggalkan primordialisme baju alumni, dengan satu tekad: kelas menengah adalah agen perubahan di manapun di dunia ini. Perubahan kepemimpinan dunia kepada tokoh-tokoh yang berkarakter semacam Ahmad Dinejad Presiden Iran, Barack Obama Presiden Amerika Serikat, Che Guevara Presiden Kuba, dan sepak terjang Muhammad Yunus Pemenang Nobel dengan Grameen Banknya memberikan inspirasi untuk meretas kembali jalan membangun pengabdian kepada bangsa di usia emas mereka. Mengingatkan bahwa sejarah pernah mereka buat di masa mahasiwa dulu, yang mungkin kini terlupakan. Hidup tak dapat diputar ulang, sekali berarti sesudah itu mati!
Pesan Moral:
Pesan moral yang ingin disampaikan dalam film ini adalah:
1. Allah tak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu mengubahnya sendiri
2. Kaum muda dan kelas menengah memilki potensi yang dahsyat untuk menjadi agen perubahan bagi peningkatan daya saing bangsa.
3. Pada suatu titik, manusia tidak lagi dinilai dari apa yang dia miliki tetapi apa yang dia kontribusikan kepada sesamanya dan bagaimana menjadi rahmatan lil alamin
4. Bangsa yang berkarakter lah yang akhirnya akan mampu bersaing.
5. Pendidikan yang menyeimbangkan aspek intelektualitas, emotional dan spiritual lah yang pada akhirnya akan melahirkan manusia unggul.
8 komentar:
Saya kurang setuju dengan pernyataan "satu tekad" bahwa kelas menengah adalah agen perubahan di manapun di dunia ini... Oya?
Tidak ada kelompok yang bisa mengklaim as an agent of change, apalagi hanya dengan status ekonomi (menengah?).
Everybody can act as an agent of change...
dari kelopmok mana pun...
wah karakter benny gak sesuai dengan saya. :D.
sepakat dengan yang di atas. status ekonomi bukan jadi indikator pembawa perubahan. sebab justru kebanyakan saat ini mahasiswa2 dari kalangan ekonomi bawah di ITb bersikap skeptis dan opportunis karena mengebu-gebunya keinginan untuk lepas dari kemiskinan yang telah mendarah daging dari keluarganya
gak seru nih pak klo postingan ini ada...
soalnya nyeritain dari awal sampe akhir
lebih baik yg dipasang cukup sinopsis yg di belakang buku aja ;) lebih menggoda untuk membaca tanpa harus menspoilerkan isi buku ini sendiri secara keseluruhan / garis besar.
yang saya ambil justru, yah intinya ketika kita bergerak bersama temen2 yang sama2 punya niat baik..
di situ lah momen,dimana kita punya power untuk menjadi agent of change.. tak peduli teman tersebut miskin atau kaya..
selama kita bisa saling menjaga niat baik kita dan teman2 kita...kita pasti bisa!
wah plotnya cukup panjang juga ya, dari pertama masuk kuliah sampai lulus, kerja, berkeluarga.
oia, posting ini mah bukan sinopsis namanya, udah nyeritain storyboard, hehe. jadi ketauan awal sampe akhirnya, sampe moral ceritanya juga :D
Seru mana dengan ASMARA ASRAMAKU, yang membahas mengenai Asrama B Charade, ITB era 90-an dan gaya khas anak Asrama ITB. Disitu juga dikupas lengkap perjalanan pengarangnya. Sangat riil juga untuk dibaca. Benang merahnya sebenarnya ada juga Mas..
Salam
Sayang sekali karakter mahasiswa Papua, Bali, dan daerah2 timur tidak dilibatkan.
Sbenernya novel ini bs jadi media efektif utk menumbuhkan kembali ke-NKRI-an kita yg semakin luntur.
Posting Komentar